Mengenai senjata api Melayu, ada sebuah catatan dari William Marsden yang mengunjungi Sumatera pada abad 18 (dimulai 1771) dan menuliskan mengenai persenjata apian orang Sumatera... dalam kasus ni dah tentulah bukan cuma Sumatera saja yang pakai dan pandai buat hal ni, tapi tentu mencapai jua daerah lain macam semenanjung Malaya dan pulau Jawa kerna masa tu orang orang disini dah saling berhubungan... Ok, pertama kita tulis satu persatu...
Belerang
Belerang jumlahnya melimpah dan berasal dari banyaknya gunung api, terutama dari gunung api yang sangat besar yang terletak sekitar satu hari perjalanan darat dari Pariaman. Arsen Kuning (Barangan) juga merupakan komoditas perdagangan/perniagaan.
Mesiu Mentah
Di daerah Kataun dekat sungai Urai, ada beberapa Gua (cave) yang tanahnya mengandung Mesiu Mentah (Saltpetre) atau Potasium Nitrat. M.Whalfeldt yang bekerja sebagai seorang surveyor mengunjungi gua-gua itu pada bulan Maret 1773. Pada salah satu gua boleh menjangkau sejauh 743 kaki dan kemudian lampunya padam kerna adanya uap lembab. Gua yang kedua dia menjelajah sejauh 600 kaki dan selepas menyusuri lorong sempit ada sebuah akses masuk yang menghantarkan ke sebuah ruang yang luas setinggi 40 kaki. Gua yang sama yang pernah didatangi oleh Christopher Terry an Charles Miller. Gua itu tempat habitat burung yang sangat banyak tak terhitung jumlahnya, dan semakin jauh kedalam semakin banyak. Sarang burung dibuat di dinding gua dan kotoran/taik burung itu membentuk lapisan tanah (dibanyak tempat yang dalamnya mulai dari 4 sampai 6 kaki dan lebarnya mulai 15 sampai 20 kaki) yang mengandung Nitrat.
1 kaki Kubik tanah ini (setara dengan 7 galon) menghasilkan Mesiu Mentah sebanyak 7 pon 14 ons pada titik didih, dan pada eksperimen kedua menghasilkan 9 kali lebih banyak. Setelah itu saya melihatnya diproses untuk capai tingkat kemurnian maksimal, tapi tak sebanding dengan biaya pemrosesan itu.
Bubuk Mesiu
Bubuk mesiu telah diproses diberbagai wilayah Sumatera. Sama seperti bangsa Inggris, bubuk mesiu dibuat dari campuran arang, belerang dan nitrat, tetapi komposisi butirannya sangat berantakan karena sering dipersiapkan dengan tergesa-gesa dalam jumlah sedikit supaya bisa langsung digunakan. Meskipun nitrat bisa diperoleh di gua-gua, bahan ini umumnya diproduksi dari kotoran/taik kambing kerna selalu banyak tersedia.
Senjata Api
Di negeri Minangkabau, dari zaman dahulu kala mereka mempunyai produksi persenjataan untuk mereka gunakan sendiri dan jua untuk memenuhi keperluan orang orang dibagian Utara pulau ini (Aceh) yang paling suka berperang. Perniagaan persenjataan ini tetap mereka lakukan sampai hari ini. Melalui proses peleburan, penempaan, persiapan besi dan baja (waja) yang mereka lakukan sendiri yang memang khusus dibuat untuk pembentukan senjata api. Meskipun begitu, banyak juga yang dibeli dari bangsa Eropa.
Tambang besi utama berada di tempat bernama Padang Luar. Di sana bijih besi dijual dengan harga setengah Fanam atau 1/48 dollar per pikul. dan dibawa ketempat lain di Minangkabau yang bernama Selimpuwong. Di sana bijih besi dilebur dan diproses.
Meriam
Pengguanan Meriam di sini dan dan di wilayah lain di Hindia telah disebutkan oleh sejarawan lama dari Portugis , sehingga dapat diketahui bahwa MERIAM SUDAH DIKENAL SEBELUM BANGSA EROPA MENEMUKAN JALUR PELAYARAN MELALUI TANJUNG HARAPAN BAIK (The use of cannon in this and other parts of India is mentioned by the oldest Portuguese historians, and it must consequently have been known there before the discovery of the passage by the Cape of Good Hope).
Dan senjata senjata yang berupa potongan yang disebut "Matchlock". Pembangunan tekhnologi pegas dan pemantik belum diterapkan oleh mereka. Larasnya dipadatkan dengan baik dan dilubangi dengan tepat, terbukti dari bagusnya bidikkan mereka. (Their guns are those pieces called matchlocks, the improvement of springs and flints not being yet adopted by them; the barrels are well tempered and of the justest bore, as is evident from the excellence of their aim).
Mereka selalu membidik dengan merendahkan larasnya, alih alih menaikkan ujungnya ke arah sasaran.
Meriam ditempa dengan menggulingkan batangan besi yang rata yang memiliki dimensi yang proporsional. Pengerjaannya dilakukan secara spiral, mengelilingi batang bulat dan memukul-mukulnya sampai bagian bagian besi menyatu. Metode ini lebih disukai mereka kerna lebih kuat daripada metode melipat dan mematri batangan besi secara membujur. Tekhnik pemboran mungkin belum dikenal oleh mereka.
Senjata api mereka sebut dengan "snapang" yang beradal dari istilah Belanda. Mereka buat mesiu dalam jumlah besar. Namun, entah kerna proporsi komposisi bahan bahan yang ditentukan secara gegabah atau proses granulasi yang kurang sempurna, kekuatan bubuk mesiu ini sangat lemah.
(They are wrought by rolling a flatted bar of iron of proportionate dimensions spirally round a circular rod, and beating it till the parts of the former unite; which method seems preferable in point of strength to that of folding and soldering the bar longitudinally. The art of boring may well be supposed unknown to these people. Firelocks are called by them snapang, from the Dutch name. Gunpowder they make in great quantities, but either from the injudicious proportion of the ingredients in the composition, or the imperfect granulation, it is very defective in strength.)
Artinya, Orang Melayu dan orang orang dikepulauan ini dah mengenal bagaimana membuat senjata api, membuat mesiu, merangkai bahkan memproduksi nya.. Macam yang ditulis oleh Marsden bahwa Orang Eropa bahkan Sejarawan portugis mengakui kalau Melayu dah kenal senjata api sebelum orang Eropa jumpa jalur pelayaran Tanjung Harapan di Afrika selatan....
Semuga dengan ni tak da lah lagi kata kalau ilmu pengetahuan senjata api "Digelapkan"
Belerang
Belerang jumlahnya melimpah dan berasal dari banyaknya gunung api, terutama dari gunung api yang sangat besar yang terletak sekitar satu hari perjalanan darat dari Pariaman. Arsen Kuning (Barangan) juga merupakan komoditas perdagangan/perniagaan.
Mesiu Mentah
Di daerah Kataun dekat sungai Urai, ada beberapa Gua (cave) yang tanahnya mengandung Mesiu Mentah (Saltpetre) atau Potasium Nitrat. M.Whalfeldt yang bekerja sebagai seorang surveyor mengunjungi gua-gua itu pada bulan Maret 1773. Pada salah satu gua boleh menjangkau sejauh 743 kaki dan kemudian lampunya padam kerna adanya uap lembab. Gua yang kedua dia menjelajah sejauh 600 kaki dan selepas menyusuri lorong sempit ada sebuah akses masuk yang menghantarkan ke sebuah ruang yang luas setinggi 40 kaki. Gua yang sama yang pernah didatangi oleh Christopher Terry an Charles Miller. Gua itu tempat habitat burung yang sangat banyak tak terhitung jumlahnya, dan semakin jauh kedalam semakin banyak. Sarang burung dibuat di dinding gua dan kotoran/taik burung itu membentuk lapisan tanah (dibanyak tempat yang dalamnya mulai dari 4 sampai 6 kaki dan lebarnya mulai 15 sampai 20 kaki) yang mengandung Nitrat.
1 kaki Kubik tanah ini (setara dengan 7 galon) menghasilkan Mesiu Mentah sebanyak 7 pon 14 ons pada titik didih, dan pada eksperimen kedua menghasilkan 9 kali lebih banyak. Setelah itu saya melihatnya diproses untuk capai tingkat kemurnian maksimal, tapi tak sebanding dengan biaya pemrosesan itu.
Bubuk Mesiu
Bubuk mesiu telah diproses diberbagai wilayah Sumatera. Sama seperti bangsa Inggris, bubuk mesiu dibuat dari campuran arang, belerang dan nitrat, tetapi komposisi butirannya sangat berantakan karena sering dipersiapkan dengan tergesa-gesa dalam jumlah sedikit supaya bisa langsung digunakan. Meskipun nitrat bisa diperoleh di gua-gua, bahan ini umumnya diproduksi dari kotoran/taik kambing kerna selalu banyak tersedia.
Senjata Api
Di negeri Minangkabau, dari zaman dahulu kala mereka mempunyai produksi persenjataan untuk mereka gunakan sendiri dan jua untuk memenuhi keperluan orang orang dibagian Utara pulau ini (Aceh) yang paling suka berperang. Perniagaan persenjataan ini tetap mereka lakukan sampai hari ini. Melalui proses peleburan, penempaan, persiapan besi dan baja (waja) yang mereka lakukan sendiri yang memang khusus dibuat untuk pembentukan senjata api. Meskipun begitu, banyak juga yang dibeli dari bangsa Eropa.
Tambang besi utama berada di tempat bernama Padang Luar. Di sana bijih besi dijual dengan harga setengah Fanam atau 1/48 dollar per pikul. dan dibawa ketempat lain di Minangkabau yang bernama Selimpuwong. Di sana bijih besi dilebur dan diproses.
Meriam
Pengguanan Meriam di sini dan dan di wilayah lain di Hindia telah disebutkan oleh sejarawan lama dari Portugis , sehingga dapat diketahui bahwa MERIAM SUDAH DIKENAL SEBELUM BANGSA EROPA MENEMUKAN JALUR PELAYARAN MELALUI TANJUNG HARAPAN BAIK (The use of cannon in this and other parts of India is mentioned by the oldest Portuguese historians, and it must consequently have been known there before the discovery of the passage by the Cape of Good Hope).
Dan senjata senjata yang berupa potongan yang disebut "Matchlock". Pembangunan tekhnologi pegas dan pemantik belum diterapkan oleh mereka. Larasnya dipadatkan dengan baik dan dilubangi dengan tepat, terbukti dari bagusnya bidikkan mereka. (Their guns are those pieces called matchlocks, the improvement of springs and flints not being yet adopted by them; the barrels are well tempered and of the justest bore, as is evident from the excellence of their aim).
Mereka selalu membidik dengan merendahkan larasnya, alih alih menaikkan ujungnya ke arah sasaran.
Meriam ditempa dengan menggulingkan batangan besi yang rata yang memiliki dimensi yang proporsional. Pengerjaannya dilakukan secara spiral, mengelilingi batang bulat dan memukul-mukulnya sampai bagian bagian besi menyatu. Metode ini lebih disukai mereka kerna lebih kuat daripada metode melipat dan mematri batangan besi secara membujur. Tekhnik pemboran mungkin belum dikenal oleh mereka.
Senjata api mereka sebut dengan "snapang" yang beradal dari istilah Belanda. Mereka buat mesiu dalam jumlah besar. Namun, entah kerna proporsi komposisi bahan bahan yang ditentukan secara gegabah atau proses granulasi yang kurang sempurna, kekuatan bubuk mesiu ini sangat lemah.
(They are wrought by rolling a flatted bar of iron of proportionate dimensions spirally round a circular rod, and beating it till the parts of the former unite; which method seems preferable in point of strength to that of folding and soldering the bar longitudinally. The art of boring may well be supposed unknown to these people. Firelocks are called by them snapang, from the Dutch name. Gunpowder they make in great quantities, but either from the injudicious proportion of the ingredients in the composition, or the imperfect granulation, it is very defective in strength.)
Artinya, Orang Melayu dan orang orang dikepulauan ini dah mengenal bagaimana membuat senjata api, membuat mesiu, merangkai bahkan memproduksi nya.. Macam yang ditulis oleh Marsden bahwa Orang Eropa bahkan Sejarawan portugis mengakui kalau Melayu dah kenal senjata api sebelum orang Eropa jumpa jalur pelayaran Tanjung Harapan di Afrika selatan....
Semuga dengan ni tak da lah lagi kata kalau ilmu pengetahuan senjata api "Digelapkan"
Comments
Post a Comment